Senin, 03 Desember 2012

Aldo , Si Brondong Penakluk Hati


Perkenalkan namaku Aurel , aku sekolah di SMK 1 Ginyar dan aku duduk di kelas XI IPA.  Hari ini pertama aku sekolah , karena libur telah selesai dan kewajibanku mulai aku tekuni lagi. Tidak terasa waktu berjalan singkat , pagi-pagi aku bangun dan mempersiapkan untuk kegiatan hari ini sambil meninggalkan langkah dari tempat tidurku , aku bergegas menuju ruang makan buat breakfast.
Waktu telah menunjukkan pukul 07.00 pagi saatnya aku berangkat sekolah, sebelum itu aku pamit dan mencium kedua tangan orang tuaku. Sesampainya disekolah aku disapa sama teman-teman terbaikku , termasuk adik kelas yang lagi ikut MOS saat itu. Aku terkejut kenapa semua adik kelas memandangku seperti itu , tapi yang jelas salah satu dari mereka ada yang aku sukai. Selama kegiatan sekolah berjalan , aku tak bisa melupakan brondong manis itu diingatanku , entah mengapa aku jadi senyum-senyum sendiri di kelas.
Bel istirahat pun berbunyi , aku dan teman-teman mulai beranjak ke kantinSaat semua istirahat aku diam-diam mencari informasi tentang brondong itu. Lalu aku memberanikan diri untuk mendekati temannya dulu.  Sebari aku berjalan dengan temannya , dia tiba-tiba menghampiriku. “hay kakak , aku boleh ikut ngobrol nggak ?” kata brondong manis itu. “maaaaaff iya dik , kakak maaauuu naik dulu masih ada tugas” sahutku gagap. Untung saja aku telah mendapatkan informasi sebelum dia menghampiriku dan ternyata namanya adalah Aldo.
Waktu berjalan cepat , bel berakhirnya pelajaran pun telah berbunyi. Aku mulai melangkah dan meninggalkan ruang kelas. Sesampainya dibawah , aku menunggu pengasuhku , tapi selama 30menit dia belum datang juga. Tiba-tiba Aldo menghampiriku “kakak belum dijemput iya ?” tanyanya kepadaku. “iya dik , kakak belum dijemput padahal tadi sudah bilang harus dijemput lebih awal” sahutku. Waktu itu cuaca tidak mendukungku untuk lebih lama didekatnya. Aku tidak menyangka ternyata dia takut sama yang namanya petir , waktu aku diam didepan pagar sekolah dan dia disamping pagar , tiba - tiba petir berbunyi dan dia langsung memegang erat tanganku. Saat itu juga jantungku mulai deg-degan serasa mau lepas.  Sekian lama kami menunggu dan akhirnya kami memutuskan jalan saja. Di jalan kami berlarian sambil bergandengan tangan.
Keesokan harinya , aku tidak bisa mengikuti pelajaran sekolah karena badanku demam dan hidungku pilek , memang aku orangnya sedikit. “Nggak enak juga iya sakit , nggak dapat ketemu teman – teman apalagi si Aldo” kataku dalam hati. Waktu telah menunjukkan pukul 12.45 siang ,  Sinta sahabatku menjengukku. Dia cerita banyak tentang kejadian hari ini. “Rel , tadi si Aldo itu datang ke kelas buat nyari kamu loh” kata Sinta. “hah masak , trus gimana ? kamu bilang apa aja sama si Aldo ?” sahutku ingin tahu semuanya. “Iya tadi dia ke kelas sambil nanyain nomor handphonemu” jawab Sinta kembali. “Apa !! kamu kasiin nomor handphoneku ?” tanyaku penasaran. “Enggak lah , mana mau aku ngasi nomormu kesembarang orang” tegas Sinta. Aku pun menyesal karena hari ini tidak sekolah , seandainya aku sekolah pasti dia langsung bertemu denganku dan saat ini juga aku pasti sudah komunikasian sama dia.
Dua hari kemudian , aku sudah bisa sekolah tapi badanku masih sedikit lemas. Sebelum aku masuk kelas aku melihat Aldo sedang duduk sedirian di lantai 2. Temanku menyuruhku agar mendekatinya. Tapi saat itu aku lagi malas buat deketin dia. ”kenapa kau meninggalkan dia disaat dia benar-benar membutuhkan mu?” pertanyaan itu menyentak ku seakan menghakimi aku sebagai terdakwa yang paling salah. Selama jam pelajaran dimulai aku tidak pernah konsentrasi untuk mendengarnya , tanpa terasa air mataku menetes dibuku catatanku. Aku tidak tahu perasaan apa yang sedang aku lewati ini , tapi kenapa aku merasa ada sesuatu yang membuatku sakit. Bel istirahat pun berbunyi , salah satu dari teman Aldo menghampiriku , “kak tolong jangan deketin Aldo lagi , karena dia sudah menjadi milikku seutuhnya” kata perempuan itu. “Mungkin dia pacarnya Aldo” kataku dalam hati. “Iya dik , tenang aja aku nggak akan deketin Aldo lagi” tegasku. Ternyata ini yang membuat pikiranku sembraut , saat itu juga aku mencoba melupakan Aldo.
            Tidak lama lagi jam pelajaran sekolah pun selesai , kali ini pengasuhku tepat waktu untuk menjemputku. Sesampainya di rumah , aku bergegas masuk kamar dan aku menangis sendirian. Baru kali ini aku merasakan kehilangan seseorang  yang sangat aku sayangi. “Tuhan tolong beri aku keikhlasan , dan tolong berkati hubungan mereka walaupun disini aku sakit” gumamku dalam hati. Aku tidak bisa menahan semua ini dan akhirnya aku bergegas ke rumah Sinta. Sepanjang perjalanan , aku menangis tersedu – sedu dan memikirkan apa yang harus aku lakukan agar aku bisa cepat melupakan Aldo. Sesampainya di rumah Sinta , aku curhat dengannya , Sinta tidak ingin melihat ku menangis seperti ini dan dia mengajak ku pergi ke taman dekat rumahnya. Disana aku melihat Aldo dengan pacarnya , aku sakit melihat dia dari kejauhan dan aku pun mulai beranjak pergi. Di tengah perjalanan aku berlari sampai akhirnya aku diserempet mobil. Ddddeeebbbrrruuukkkk,,, suara itu membuat Sinta langsung mengahampiriku dan memanggil ambulance untuk membawaku ke rumah sakit. Aku terbaring lemah di tempat tidur dan tanpa terasa air mataku terus saja mengalir dan semakin menjadi - jadi aku teringat semuanya.
            Akhirnya aku mulai bisa menggerakkan kakiku sedikit demi sedikit. Seminggu kemudian , aku sudah mulai sekolah tapi kakiku masih sakit dan aku berjalan layaknya orang pincang. Ditengah perjalanan naik ke kelasku , aku bertemu dengan Aldo , dia menyapaku. “Bukan aku mengingkari takdirmu tuhan tapi kenapa cobaan ini datang disaat aku ingin menjalin hubungan yang lebih serius” pikirku. Saat aku terdiam di kelas, sahabatku mengahampiriku dan mereka memiliki kabar yang membuat aku sangat bahagia. “Rel, ternyata si Aldo sudah putus lho sama pacarnya itu” kata Rina sambil tersenyum. Tanpa berfikir panjang aku percaya apa yang dikatakan Sinta.
Karena guru – guru akan rapat , maka seluruh siswa dipulangkan lebih awal dan anehnya aku lupa memberitahu pengasuhku agar ia menjemputku lebih awal. Aku berharap kejadian saat aku dan Aldo menunggu terulang lagi , tapi semua gagal gara – gara Aldo telah dijemput. Tidak lama kemudian , Aldo balik lagi dia mengajakku pergi ke taman dekat rumah Sinta. Disana aku duduk berdua sambil bercanda ria dan Aldo mulai terbuka denganku dengan dia curhat tentang mantan kekasihnya. Mendengar Aldo bercerita aku tak bisa bicara apapun Aldo menatapku lekat seakan dia ingin memelukku begitu erat.
            Keesokan harinya , aku melihat Aldo sedang berbincang – bincang dengan sahabatku Sinta sambil menunjuk kearah aku berdiri. Lalu aku menghampiri mereka , tapi saat aku datang mereka selesai berbicara seakan – akan mereka memiliki rahasia yang tidak boleh aku ketahui. Saat aku pulang , aku berpapasan dengan Aldo dan dia hanya memberi senyum termanisnya untukku. Tidak lama kemudian , Aldo mengirimkan aku pesan yang membuat hatiku semakin luluh kepadanya. Aku berdoa semoga saja hari ini sama untuk hari esok , karena besok adalah hari ulang tahunku. “apa Aldo tahu besok adalah hari ulang tahunku?” tanyaku penasaran.
            Keesokan harinya , aku sengaja datang ke sekolah pagi – pagi buta dan berharap Aldo adalah orang pertama yang mengucapkan selamat untukku. Tapi itu ternyata hanya khayalan semata. Saat itu Aldo memang datang ke kelasku tapi hanya untuk menghampiri Sinta sahabatku. Tingkah Aldo dan Sinta sangat membuat aku curiga karena mereka tumben – tumbennya seperti ini padaku. Aku tidak tahu rencana apa yang sedang mereka perbincangkan tapi selalu saja mereka sesekali melirikku. Selama pelajaran di sekolah Aldo dan Sinta membisu seperti orang yang menganggapku musuh terbesarnya. Waktu pulang sekolah pun tiba , aku menemukan sepucuk surat dan tidak diketahui siapa pengirimnya yang jelas pengirim itu  memintaku agar datang ke taman dekat rumah Sinta.
            Saat aku sampai di taman tiba – tiba Aldo menhampiriku. Malam ini dia memberiku hadiah kukira dia tak tahu tapi ternyata dia mengetahuinya. Dia memberiku sekuntum bunga dan boneka. “boneka ini buat kamu sebagai penggantiku untuk teman berbagimu dan dia bisa menemanimu tidur , jantungku jangan menangis , ku ingin melihat senyummu” kata manis yang terucap dari mulut Aldo. Aku pun membisu , lalu aku membujuknya agar mengajakku pergi dari taman itu. “tolong , aku tau tak akan ada kesempatan seperti ini lagi dan aku ingin tenang bersamamu” mohon ku. Akhirnya dia mengajakku ke tempat favorite papanya yang telah tiada. Disana dia mencurahkan isi hatinya selama ini buat aku.
Setelah aku fikir – fikir ternyata memang Aldo orangnya sangat baik dan penyayang , lalu aku menerimanya dan saat itu juga kami sudah menjalin hubungan. Selama aku berhubungan dengan Aldo , dia mengenaliku dengan keluarganya. Baru pertama melangkahkan kakiku masuk ke rumah Aldo , mamanya langsung menyapa dan dia memperlakukanku seperti anaknya sendiri. “kamu Aurel iya?” tanya mama Aldo. “iya tante , kenapa tante tahu namaku?” jawabku penasaran. “iya , Aldo cerita banyak tentang kamu” sahut mama Aldo. Lalu mama Aldo mengajakku ke kamar Aldo dan disana ada kotak kecil yang ternyata itu hadiah terindah untukku. Kubuka kado terbungkus kecil dan di dalamnya sepasang cincin putih bertuliskan namaku dan nama Aldo , itu membuatku terharu dan air mataku mulai mengalir lagi. Aku berdoa “ Tuhan aku ingin membuat dia tersenyum seperti ini dan aku ingin menyayanginya sepenuh dan setulus hatiku , jangan biarkan dia pergi dari kehidupanku.” Ucapku sebari menghapus air mata. Tiba-tiba Aldo datang “Ma, kenapa Aurel nangis?” tanyanya. “Ini loh tadi mama memberi cincin yang pernah kamu ceritakan sama mama” jawab mama Aldo. “Oh Aldo kira mama marahin dia” sahut Aldo. “Mana mungkin mama marah sama orang tulus seperti Aurel” jawab mama Aldo sebari memelukku. Hubunganku dan Aldo pun semakin harmonis dan sudah mendapat restu dari keluarga Aldo.
           
           




Tidak ada komentar:

Posting Komentar